01 Februari 2015

Hal Ihwal Mengenai yang Awal

Melewati hari - hari tanpa kebersamaan itu menjenuhkan, apalagi 3 tahun lebih lamanya. Ini mungkin menjadi tulisan pertama setelah sekian lama tidak menuliskan tentang kamu, tapi aku sudah berjanji, meski tak bisa sesegera mungkin kuselesaikan.

****

Sebenarnya tak banyak yang bisa aku ceritakan, beberapa karena mungkin sudah lupa dengan rincian kejadian - kejadian yang tak pernah terdokumentasikan dan terarsipkan dengan baik, maklum kapasitas memori di kepalaku memang seadanya saja. Kamu mungkin sudah sangat paham dengan hal ini.

Tapi ada satu hal yang masih jelas tercatat, pertama kalinya kita bertemu, setelah pertemuan terakhir waktu itu, kalau tidak salah, antara waktu aku datang ke acara ulang tahunmu, atau waktu kita sama - sama satu lokasi ujian seleksi salah satu universitas ternama di kotamu itu.  Aku agak lupa.

Sebelum - sebelumnya mungkin kamu yang masih mengingat dengan jelas kronologinya seperti apa, kita berkomunikasi lagi, dipertemukan melalui situs media sosial itu. Sapaan - sapaan  kecil yang sebenarnya hanya bermaksud candaan itu mungkin berubah mengikuti waktu serta intensitas terjalinnya obrolan kita. Hingga pada akhirnya, karena alasan apa, aku pulang. Seingatku, aku hanya tiba - tiba ingin pulang, tak ada rencana menemuimu. Kepulanganku, sepertinya disambut dengan sangat baik oleh mu, kita pun bertemu, dengan niatan apa aku tidak tahu, mungkin rindu, atau apa? Entahlah.

Temu itu terjadi, bertemu lagi denganmu, mungkin salah satu kejadian yang tak pernah aku rencanakan sebelumnya. Tentunya butuh waktu yang tak lama untuk merubah penampilanmu yang dulu terlihat kelaki-lakian menjadi lebih perempuan. Maaf ini bercanda, tapi sepertinya benar bukan?

kita kemudian memilih untuk menonton sebuah film yang sampai saat ini menjadi film favoritmu. Film yang selalu kamu ingin tonton meski rasanya sudah berkali - berkali kamu tonton, bahkan mungkin kamu sudah sangat paham jalan cerita serta inti cerita dari film tersebut. Kamu sungguh konsisten dalam menyukai sesuatu.

Kita tak banyak berbicara ketika film itu diputar, toh memang masing - masing dari kita sama - sama menikmati film itu. Kemudian entah siapa yang memulai, jemari kita kemudian saling mengisi, menghangatkan suhu ruangan yang begitu dingin. Kita hanya diam, mungkin canggung itu ada, tapi kita menghiraukannya dengan alasan tersendiri, dan lebih memilih untuk menguatkan genggaman.

Demi kebaikan bersama, aku memilih untuk melewatkan hal lain yang terjadi waktu itu, karena menurutku itu terlalu pribadi, dan aku enggan rasanya menceritakannya secara terbuka disini. Kamu pasti tahu itu apa.

Seusai menonton film, kita berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan itu, kemudian memutuskan untuk masuk ke salah satu tempat untuk berfoto. Kalau tidak salah, mungkin itu jadi foto bersama kita yang pertama kalinya, atau sebelumnya memang kita sudah punya? Aku sedikit lupa.Aku sedikit ingat, tinggi badan kita yang terpaut cukup jauh, sedikit memaksamu untuk berjinjit agar bisa terlihat setara denganku.  Setelah sekian lama tidak berfoto bersama, sore itu, foto kita berdua tercetak dengan cukup apik, mengabadikan momen yang menjadi begitu berarti hingga hari ini. Seingatku, sepulangnya kita dari pertemuan itu, foto itu ku digitalkan agar bisa bertahan lama, dalam bentuk data, kemudian ku tempelkan di dinding kamarku, tepat di sisi kasurku. Ah, masa - masa itu sungguh menggelikan.

Setelahnya mungkin kita memang melakukan hal yang sama, mendokumentasikan kebersamaan kita ke dalam bentuk foto, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan cerita dibalik satu foto itu, bahkan beberapa foto bersama yang kita buat telah rusak karena kelalaianku ketika menyimpannya.

Selalu ada satu hal yang mengawali sesuatu, dan foto itu bisa dibilang salah satu bukti bagaimana kita memulai perjalanan panjang yang sampai saat ini masih kita jalani bersama, dengan segala keluh kesah yang kita temui dalam perjalanannya.

Kemudian bagiku sendiri, kamu adalah awal bagi banyak hal yang aku alami, delapan  tahun yang lalu, kemudian empat tahun yang lalu.


Terima kasih, sudah bersabar untuk bisa menerima yang ada dan yang tidak selama ini. Tidak seorangpun dari kita yang tahu, akan seperti apa esok hari, kita hanya bisa berusaha sekuatnya, bersama. 

Yours, Ams.

*****
Masih terlihat begitu muda


Tulisan ini merupakan tulisan kedua, yang dituliskan untuk merayakan kebersaman saya dan Fitri Andiani selama 4 tahun terakhir. Tulisan sebelumnya sudah dituliskan oleh Fitri Andiani di blognya 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar