31 Desember 2013

Senandung rindu

Malam itu, dalam perjalanan pulang, lantunan lagu dari grup musik favoritmu diputar dalam siaran radio yang kudengarkan sepanjang perjalanan.

Aku tak terlalu hafal liriknya. Lucu, tiba – tiba saja aku ingat kamu, aku tersenyum. Temanku, yang duduk di kursi kemudi terlihat heran dengan senyum yang tiba – tiba kumunculkan.

“Kenapa? Ko senyum – senyum sendiri?” Ucapnya tetap fokus melihat jalan.

“Eh. Gapapa, lagunya enak.” Balasku agak bingung.

“Baru denger?”

Aku mengangguk lalu kami berdua kembali diam.

Perjalanan malam yang panjang, kami berdua tak banyak bicara. Aku lebih suka menikmati lagu – lagu yang diputar secara acak dari siaran radio, dan dia memilih untuk fokus mengemudi. Lagu yang kudengarkan tadi, yang berasal dari grup musik favoritmu, sudah berganti dengan lagu lain, tapi, aku masih memikirkan kamu.

Sudah lama kita tidak bertemu, terakhir, waktu kita sedang menikmati lezatnya mi instan rebus ditengah hujan deras dari dalam warung kopi kecil dekat rumahmu.

Hangat.

Bukan karena mi instan rebus dan kopi hitam yang kunikmati sore itu, tapi kamu, kamu yang ada di sampingku sore itu yang membuat semuanya menjadi hangat. Melihat senyummu, menatap matamu, mencium bau parfummu, semuanya menyatu dan menghangatkan.

Kini, setelah hampir satu tahun kamu tak berkabar, apa lagi yang bisa jadi alasan untuk tidak merindukanmu?

Tak ada.

Bahkan, hanya sekedar mendengar lagu dari grup music favorit yang tak pernah kamu beritahu pun, aku rindu.

Aku tiba – tiba ingat kamu, kamu dan headset putih yang selalu menempel di telingamu ketika kita pertama kali bertemu dalam kereta menuju kota. Kamu dan buku tebal yang selalu ada dalam dekapanmu. Kamu dan kopi hitam tanpa gula yang selalu kamu pesan ketika kita berjumpa, juga, kamu dan senyum indahmu yang muncul setiap kali kamu tertidur dalam perjalanan pulang dari rumahku.

Aku rindu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar