11 Agustus 2014

Kita Menua!

Hari ini resmi umur gue 21 tahun lebih 2 bulan, hahaha. Lebih 2 bulan aja segala dibahas.

Nggak. Intinya adalah, gue semakin tua. Gue, 21 tahun. Dem!

Mungkin itu emang gak tua - tua banget buat umurnya yang udah di atas 21 tahun. Gue mah masih bocah. Baru juga ngerasain kepala dua belum tiga dan seterusnya.

Tapi... di fase umur kepala dua ini, gue dan lingkungan sekitar gue juga berubah. Gue bukan lagi remaja berusia belasan tahun, meskipun gue sendiri nganggepnya masih gitu. Heee.

Ada banyak yang berubah dengan lingkungan gue, keluarga, pacar, temen, dan lain - lain. Ketika gue bertambah tua, merakapun mengalami hal yang sama.

Hampir seminggu yang lalu gue masih leyeh - leyeh nikmatin waktu bareng keluarga gue. Masih ngeliat mamah, bapak, Adlin, dan Rifat di rumah.

Mamah sama bapak, ya, jelas, mereka menua. Kemarin tiap kali ngobrol sama bapak, gue ngeliatin jumlah uban yang semakin banyak di kepalanya. Dia, jelas orang yang memikul beban paling berat di keluarga ini. Mamah sendiri, sama. Dia ga semuda dulu lagi, tapi masih cantik.  Adlin sekarang udah masuk SMA, dan Riffat makin bandel, sebagai seorang laki - laki termuda di keluarga ini, dia sudah mulai menunjukan perangainya. Hehehe.

Dari sini gue merasakan adanya sesuatu yang mulai berubah di keluarga ini. Kita menua.

Pacar gue yang usianya lebih tua dari gue sekitar 3 bulan, juga kemarin baru saja mempermasalahkan kita yang akan memasuki fase yang baru.

Dia yang selama  3 tahun terakhir ini berproses bareng gue, tahu betul gue seperti apa, sebrengsek apa gue, sebodoh apa, dan macam - macamnya.

Hal ini bukan hal yang baru sebenernya buat gue sama dia, tapi rasanya, akhir - akhir ini semua begitu terasa. Kita sama - sama sibuk ngurus skripsi, dan yaaa ketika masing - masing dari kita mulai sibuk dan merasa paling membutuhkan, yaaa jadinya rada - rada nganu. Hehehe. Nah, hal ini lah yang akan ditemui lagi nanti seterusnya setelah kita berdua selesai ngejalanin studi masing - masing. Ini masalah baru untuk diatasi kita berdua. Dan ini pertanda bahwa, kita berdua menua.

Awal tahun kemarin gue sempet ketemu salah seorang temen gue dari bandung, Caca. Dia salah satu orang yang dulu waktu pertama kali gue kuliah di Jogja bersedia menampung absurdnya kelakuan gue, sampai pada akhirnya dia harus pindah ke Bandung untuk meneruskan cita - citanya.

Kita ketemu, jalan - jalan ke tempat ini itu, sampe pada akhirnya memutuskan untuk ngobrol - ngobrol sambil minum. Obrolan gue sama dia tidak pernah sedewasa malam itu. Topik obrolan selalu berputar bagaimana masing - masing dari kita memandang hidup di usia yang tak lagi belia. Sok banget emang, mungkin pengaruh minumannya. Tapi yang jelas, malam itu kita sadar, kita menua.

Obrolan - obrolan gue sama temen - temen yang lain juga sama. Mereka yang juga sama -  sama berproses bareng sama gue, mulai menunjukan karakternya. Apa yang kita obrolin ga sekedar ha ha ha hi hi hi lagi, tapi sudah mulai beragam, seperti, menikah, berbisnis, dan segala macemnya yang ga bisa gue sebutin satu - satu. Ketika kenal dulu di masa - masa studi, sd, smp, sma, atau kuliah, obrolannya belum seserius ini ketika lagi ngumpul. Sekarang ya gitu, mungkin karena kita menua?

Tidak, gue tidak sedang mengeluhkan persoalan pertambahan umur ini, toh ini semua pemberian tuhan. Justru gue seharusnya bersyukur karena masih bisa hidup sampe sekarang, masih bisa ngerasain bahagia sama keluarga gue, pacar, dan temen - temen.

Ini bukan soal keluhan, ini cuma sekedar renungan, pengingat bahwa gue dan lingkungan gue secara tidak sadar berubah secara perlahan. Kita menua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar