Mungkin bisa dibilang kita hanyalah pasangan yang
biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa dari kamu maupun aku. Kita melakukan
pekerjaan yang biasa-biasa saja, begitu juga dengan tempat makan dan juga
makanan yang kita makan, tempat bepergian yang kita tuju, aktivitas
sehari-sehari, semua hanyalah hal yang biasa-biasa saja. Termasuk
perayaan-perayaan yang kita lakukan. Semua biasa saja.
Beberapa hari yang lalu, ditengah kebingungan mencari
bahasan tulisan, aku membaca lagi surat yang kamu berikan 3 tahun yang lalu,
ketika kita baru saja melewati satu tahun pertama kita. Rasanya lucu sekali
membaca tulisanmu itu, ada yang berbeda, ada yang berubah dengan dirimu yang
sekarang ini. Tiga lembar suratmu itu, dikirimkan dalam sebuah kotak kecil
berisikan buku Dear You milik Moammar Emka dan puluhan kertas berwarna dengan
potongan sebesar penghapus bertuliskan i love you. Sayangnya aku belum pernah
mencoba menghitung ada berapa banyak jumlah kertas yang kamu taruh dalam kotak
itu. Mungkin sejumlah hari yang sudah kita lalui, atau entahlah... mungkin
setelah ini aku akan mencoba menghitungnya.
Itu adalah perayaan kita yang pertama, perayaan atas
perjalanan tahun pertama menghadapi ratusan kilometer yang membentang di antara kita. Kamu yang
merayakannya, dengan buku, puluhan ucapan i love you-mu, dan surat itu. Kita
lalu hanya bisa saling mendoakan dari kejauhan, berkirim harap melalui layanan
pesan singkat, menyimpan lagi rasa rindu untuk temu yang selanjutnya.
Waktu berlalu. Meski sudah merasakan kecewa yang amat
sangat, kamu tetap mau merayakan perjalanan kita di tahun kedua. Secara
diam-diam kamu dibantu oleh temanku menyusun sebuah buku tentang perjalanan
kita selama dua tahun. Buku itu bersampul hitam, judul bukunya berwarna emas,
ukurannya tak terlalu besar, tapi kamu menaruh perjalanan panjang kita serta
harap yang besar dalam buku itu. Namun, lagi-lagi kamu ada jauh disana, masih
dengan doa dan harap yang sama. Kita kemudian kembali ke rutinitas yang sama,
menjalani hari-hari dibebani harapan untuk segera bertemu.
Tahun ketiga, yang tersisa dari kita hanyalah harapan serta
doa-doa, tak ada lagi artefak-artefak perayaan khusus untuk merayakan
perjalanan di tahun ketiga, mungkin kita sudah sangat terbiasa atas
ketidakhadiran sosok masing-masing dari kita setiap tahunnya. Namun, kita juga
tak mengamini bila hal ini menjadi salah bukti bahwa kita tak lagi bisa bersama
untuk seterusnya, toh pada kenyataannya kita terus berjuang untuk bisa terus
bersama, di tengah-tengah masalah yang kita punya.
Perayaan ke empat, kita sedang bingung karena sama-sama
sedang kehabisan uang di penghujung bulan. Aku juga hanya bisa memberimu satu
ikat kecil bunga matahari, tak ada maksud khusus kenapa aku memilih bunga matahari,
hanya lebih suka saja melihat bunga matahari dibandingkan mawar atau yang
lainnya, namun tetap saja, tidak ada yang istimewa, tak ada yang istimewa meski
kini tak ada lagi ratusan kilometer yang biasanya memisahkan kita. Kamu tak
mengeluh, dan aku tak bisa berbuat apa-apa, namun kita tetap bahagia. Kita
melewatkannya dengan rutinitas yang sama semenjak kamu memilih untuk tinggal
bersama di kota ini, lalu mengakhirinya dengan menghabiskan malam berpelukan di
atas kasurku yang sudah menua, sambil sesekali bercerita tentang apa saja.
Pada akhirnya, kita harus mengakuinya, tak ada yang istimewa
dari perjalanan kita, waktu kita habis diisi oleh ketiadaan, oleh ucapan-ucapan
rindu melalui pesan singkat, pelukan dari jauh, serta rindu yang tertahan.
Sisanya berisikan dengan pelukan-pelukan
di atas kasur penginapan yang bisa kita sewa selama kita bersama.
Meski begitu, aku tetap bersyukur, kita masih bisa terus
berdua, menghabiskan waktu dengan hal-hal tak penting yang bisa kita
tertawakan, dengan doa-doa dan harap yang diamini karena kita masih terus
bersama hingga ribuan hari lamanya.
Aku berterima kasih kepada tuhan yang masih baik hati
mengizinkan kita untuk terus bercerita, kepada kedua orang tua kita yang
memberikan restunya kepada kita, orang-orang di sekitar kita yang terus
membantu dalam segala hal, dan tentunya kepada kamu, yang sudah rela membagi
waktu dan tenagamu untuk segala hal tentang kita, aku berterima kasih, karena
sudah diberikan kesempatan untuk membuatmu bahagia selama empat tahun ini, dan
ribuan maaf atas segala kecewa yang kamu rasa.
Yours, Ams
24 - 2 - 2014
Hari ke-1470
*
Tulisan ini dibuat sebagai penutup rangkaian tulisan yang dibuat oleh saya dan Fitri Andiani dalam rangka merayakan perjalanan kami di tahun ke-empat. Tulisan-tulisan lainnya bisa dilihat di blog saya dan dia.
Terima kasih, atas idenya sebagai bentuk peryaan kita yang biasa-biasa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar